Jumat, 27 November 2015

Waspada, Hasil Penelitian Membuktikan Bahwa Smartphone Berbahaya..!

Para ilmuan Inggris telah membuktikan bahwa penggunaan perangkat Android atau smartphone berbahaya bila ditinjau dari segi keamanan data.
Tak tanggung-tanggung, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Cambridge itu menganalisa lebih dari 20.000 smartphone dari berbagai merek. Hasil penelitian itu menemukan bahwa 87,7 persen perangkat Android yang diteliti dikategorikan rentan .

Hasil penelitian ini juga menjadi fakta tambahan dari sebuah peneliatian yang pada awalnya bertujuan untuk menemukan perangkat jenis apa yang memiliki tingkat keamanan terbaik.
Sebelumnya, penelitian tersebut dilakukan dengan bantuan orang-orang biasa dengan smartphone mereka masing-masing. Para peserta menyetujui penggunaan aplikasi khusus bernama Device Analyzer dari Google Play.

Aplikasi tersebut bertujuan untuk membantu mengetahui seberapa tahankah smartphone terhadap serangan yang berdampak luas dengan cara mengirimkan data ke perangkat lunak di masing-masing perangkat.
Namun begitu, tidak semua kerentanan diperhitungkan, hanya yang benar-benar mengeksploitasi secara nirkabel saja.

Walau dari keseluruhan terdapat 32 jenis yang kritis, namun hanya 11 bug yang bisa diterapkan ke semua perangkat, dan diperhitungkan sepanjang percobaan untuk menghasilkan hasil yang adil.

Demi mengukur tingkat keamanan dari berbagai vendor Android, tim peneliti Cambridge memperkenalkan indeks FUM. F (free), perangkat yang bebas dari kerentanan kritis setelah melewati pengujian. U (update), perangkat dari vendor tertentu, yang menggunakan versi terbaru dari Android. M (mean), rata-rata jumlah kerentanan unpatched di smartphone yang tidak mendapatkan pembaharuan dari vendor tertentu.

Sebagai hasilnya, dalam jangka waktu 4 tahun (dari Juli 2011 hinga 2015), tingkat mean dari indeks FUM untuk seluruh perangkat Android mengalami penurunan, 2,87 dari 10.

Melalui penelitian tersebut, maka diperkirakan, smartphone yang paling aman adalah Google Nexus. Hal itu tidak mengherankan mengingat Google memperhatikan patching terhadap perangkatnya sendiri.

Akan tetapi, Kaspersky Lab, dalam keterangan tertulisnya, menyebutkan bahwa hal yang cukup meresahkan dari penelitian tersebut yaitu pengecualian secara sengaja terhadap smartphone jenis Huawei, Lenovo, dan Xiaomi.

Maka, menurut Kaspersky Lab, penelitian itu belum dapat dikategorikan sebagai sebuah penelitian yang adil dan mutakhir, namun hal itu juga tidak mengurangi tingkat kepentingan dari penelitian tersebut.

Via : Reportase5

Jumat, 01 Mei 2015

Cara Mengupdate Adobe Flash Player Terbaru 2015

Kali ini saya akan memposting Cara Mengupdate Adobe Flash Player Terbaru 2015. Saya sering sekali mendapat peringatan di Mozilla Firefox untuk mengupdate Adobe Flash Player, dengan peringatan ini saya kesulitan streaming video di Youtube menggunakan Mozilla Firefox. Mengupdate Adobe Flash Player memerlukan koneksi internet, caranya silahkan ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Pertama buka link berikut ini Adobe Flash Player Download.
2. Setelah link terbuka maka akan muncul situs seperti digambar dibawah dan hilangkan centang pada Optional offer karena kita hanya menginstal Adobe Flash Player:














3. Kemudian langsung klik Install now:














4. Selanjutnya akan muncul proses Initializing:














5. Setelah proses Initializing selesai akan muncul Download File Info (pada IDM) dan klik Start Download.
6. Kemudian double click pada file yang sudah didownload (sebelumnya exit dulu Mozilla Firefox agar file bisa diinstal). Selanjutnya akan muncul Adobe Flash Player Installer, pilih NEXT:











7. Dan tunggu proses instal selesai:











8. Setelah proses instal selesai klik FINISH (lihat gambar):











9. Terakhir akan muncul sendiri di Mozilla Firefox yang menandakan proses instal berhasil (lihat gambar):














Demikian postingan saya kali ini tentang Cara Mengupdate Adobe Flash Player Terbaru 2015. Semoga bermanfaat :)

Kamis, 23 April 2015

Twitter perluas layanan direct message

Jakarta - Twitter memperluas layanan pesan langsung (direct message) dengan memperkenalkan dua fitur baru untuk mencegah penyalahgunaan.

Fitur pertama memungkinkan akun populer untuk terlibat dalam percakapan pribadi dengan pelanggan mereka tanpa harus follow back, fitur lainnya memungkinkan pengguna untuk menerima pesan langsung dari siapapun di Twitter.

Sebelumnya fitur pesan langsung (direct message) hanya bekerja antara pengguna yang mengikuti satu sama lain.

Meskipun pengaturan baru tersebut dapat dilakukan secara default, perluasan layanan pesan langsung (direct message) itu justru menambah kekhawatiran penyalahgunaan jejaring sosial.

Twitter sendiri saat ini tengah menguji coba fitur yang dapat mendeteksi dan membatasi postingan yang tidak sopan dalam upaya untuk mencegah kekerasan di media sosial.

Dari sisi fitur, layanan pesan langsung (direct message) tersebut saat ini dinilai tertinggal dari layanan Messenger Facebook. Sementara Snapchat, Line dan WeChat menjadi pemain utama di pasar pesan instan, selain WhatsApp milik Facebook.

Namun demikian, Twitter tampaknya memiliki ambisi yang kuat untuk layanan pesan langsung-nya di masa mendatang.

Dalam upaya untuk mendorong penggunaan pesan langsung, Twitter akan menampilkan tombol pesan langsung pada profil pengguna baik di iOS maupun Android, demikian Phone Arena.

Via : ANTARA News

Rabu, 22 April 2015

Pengguna domain co.id terus bertambah

Jakarta - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyebutkan pengguna domain .co.id pada 2014 mencapai 57.858 domain.

Berdasarkan buku saku Kementerian Komunikasi dan Informatika yang diunggah di lamannya, Selasa, jumlah ini naik dibandingkan pada 2012 yang sebanyak 46.185 domain dan 2013 sebanyak 40.409.

Sementara itu, untuk pengguna domain .web.id terus berkurang hingga 47 persen sejak 2012.

Bila pada 2012 ada 46.185 domain yang digunakan, pada 2013 turun menjadi 26.380 dan 2014 turun menjadi 24.581 domain.

Sedangkan untuk domain .or.id, .go.id, .ac.id, dan lainnya masih jauh di bawah 20.000 domain yang digunakan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika terus mendorong penggunan domain asal Indonesia seperti .co.id.

Penggunaan .co.id sangat dianjurkan Kementerian Kominfo karena terdaftar di Indonesia sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan.

"Karena kalau pakai .com itu terdaftarnya di Amerika, kita, Kominfo tidak tahu identitasnya. Kalau pakai .co.id kan terdaftar di kita, jadi kita bisa tahu, sehingga bisa berkomunikasi, dan kita tahu kalau berkomunikasi dengan siapa," kata Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika bidang Komunikasi dan Informatika Henri Subiakto beberapa waktu lalu.

Via : ANTARA News